Oleh: Muhammad Ramzy Andyan Mahendra
Perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Terdapat beberapa dampak yang terjadi akibat perubahan iklim yaitu bergesernya awal musim hujan dan kenaikan permukaan air laut dan mengamcam wilayah masyarakat pesisir. Di setiap wilayah pesisir memiliki respon dan adaptasi dari dampak perubahan iklim, respon dan adaptasi pada setiap wilayah pesisir disesuaikan berdasarkan sumber daya alam setempat.
Menanggapi dampak ini, para nelayan di Indramayu beradaptasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi perahu, alat tangkap, serta teknologi geoinformasi dan komunikasi. Untuk mendorong penggunaan teknologi produksi ikan guna beradaptasi terhadap perubahan iklim dan variabilitas iklim, pemerintah melakukan intervensi melalui program bantuan. Program-program tersebut antara lain pemberian bantuan perahu dan perlengkapan perahu, pemberian dana pinjaman modal, dan pemberian informasi mengenai wilayah penangkapan ikan dan iklim. Namun terdapat kesenjangan antara pelayanan yang diberikan pemerintah (bantuan kapal, bantuan keuangan dan IDPI) dengan keadaan aktual yang dihadapi masyarakat nelayan, bahkan dalam beberapa kasus menimbulkan permasalahan baru.
Salah satu permasalahan yang muncul adalah distribusi bantuan yang tidak merata sehingga menimbulkan kecemburuan masyarakat terhadap pihak-pihak tertentu yang menerima bantuan berupa kapal dan peralatan. Hal ini terjadi karena bantuan kapal tidak menjangkau seluruh masyarakat nelayan. Bantuan yang dimaksudkan sebagai stimulan tidak akan menggugah masyarakat untuk mengembangkan bantuan tersebut karena terdapat konflik dalam masyarakat dan tidak ada masyarakat yang siap untuk mengembangkan bantuan stimulan tersebut. Selain itu, masalah lainnya adalah penyediaan informasi wilayah penangkapan ikan dan iklim hanya dapat digunakan oleh kapal yang lebih besar dengan jangkauan yang lebih jauh. Sementara itu, nelayan perahu kecil tidak bisa memanfaatkannya. Pemerintah sebenarnya mendorong peningkatan kapasitas kapal dengan memberikan bantuan permodalan yang tersedia bagi masyarakat. Namun, masih sulit bagi masyarakat nelayan untuk mengakses bantuan modal karena dianggap sebagai proses yang rumit, kurangnya kepercayaan terhadap pemerintah, dan memerlukan kolektif masyarakat untuk mengakses bantuan modal tersebut. Oleh karena itu, skema penyediaan modal saja tidak cukup untuk mendorong penggunaan teknologi yang lebih besar guna beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan variabilitas iklim. Namun, penting untuk berupaya memperkuat kemampuan masyarakat dalam mengakses pendanaan ini.
Selain itu, di wilayah yang berbeda tepatnya di Kepulauan Kei Besar Maluku Tenggara para masyarakat peisir yang terdampak akibat perubahan iklim melakukan adaptasi dengan cara diversifikasi. Diversifikasi adalah salah satu usaha yang dilakukan nelayan dalam menghadapi dampak perubahan iklim dengan bekerja atau bermatapencarian lebih dari satu. Kegiatan yang dilakukan nelayan di bidang non perikanan untuk strategi adaptasi diantaranya adalah mengusahakan hasil-hasil kebun, kuli bangunan, berternak, ojek dan membuka warung. Tanaman yang ditanam di kedua ohoi tergolong terbatas. Hal ini disebabkan minimnya tipe tanah yang hanya cocok ditanami tumbuhan tertentu karena kedua daerah tersebut mempunyai struktur tanah batu karang. Mayoritas nelayan memiliki sepetak tanah yang dilakukan untuk kegiatan menanam tumbuhan pangan seperti, ubi jalar, ubi kayu dan pisang. Beberapa di antara responden memiliki usaha kebun lebih luas yang tidak hanya ditanami ubi jalar dan ubi kayu, tetapi ditanami pula kelapa. Hasil kebun yang biasa dijual adalah kelapa dalam bentuk kopra. Berbagai upaya nelayan menambah alat tangkap dengan tujuan meningkatkan hasil tangkapan mereka yang menurun selama perubahan iklim terjadi. Diversifikasi alat tangkap ini semakin banyak dilakukan nelayan karena dinilai semakin sulit untuk mencari ikan di laut. Biasanya nelayan hanya menggunakan satu alat tangkap, tetapi sekarang nelayan bisa menggunakan hingga sampai tiga alat tangkap. Nelayan menambah alat tangkap yang sejenis dan berbeda jenis untuk menambah variasi alat tangkap mereka sesuai dengan ikan yang ditangkap dan disesuaikan dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Umumnya nelayan membeli alat tangkap namun ada beberapa nelayan yang membuat alat tangkap sendiri untuk mengisi waktu mereka ketika tidak sedang melaut