
Sumber : https://eo4society.esa.int/2019/05/21/european-data-cube-facility-service-an-eo-resource-factory/
Perubahan iklim dan aktivitas industri di wilayah pesisir semakin menekan ekosistem laut, terutama di kawasan pelabuhan yang padat aktivitas. Pemantauan lingkungan secara berkelanjutan seringkali terhambat oleh besarnya volume data satelit dan perbedaan format dari berbagai penyedia. Untuk menjawab tantangan ini, tim peneliti dari National Technical University of Athens mengembangkan Ocean-DC, sebuah kerangka kerja data cube siap analisis yang memungkinkan penggabungan data penginderaan jauh lintas sumber untuk memantau degradasi lingkungan secara lebih cepat dan akurat .
Satukan citra satelit untuk pemantauan pesisir
Salah satu inovasi utama Ocean-DC adalah kemampuannya menggabungkan data dari berbagai misi satelit, seperti Sentinel milik ESA dan Landsat milik USGS, ke dalam satu format terstandar. Biasanya, data dari kedua sumber ini memiliki perbedaan dalam resolusi spasial, sistem koordinat, hingga metode distribusi. Ocean-DC mengatasi kendala ini dengan proses harmonisasi dan homogenisasi sehingga semua data dapat dianalisis dalam kerangka empat dimensi: ruang, spektrum, waktu, dan parameter lingkungan.
Dengan kerangka tersebut, peneliti dapat menurunkan berbagai indeks penginderaan jauh seperti NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), NDWI (Normalized Difference Water Index), hingga Land Surface Temperature. Indeks-indeks ini memberikan gambaran langsung mengenai kesehatan lingkungan pesisir, kualitas air, serta potensi kerusakan yang muncul akibat aktivitas manusia. Hasil akhirnya berupa satu berkas NetCDF yang siap dianalisis menggunakan perangkat lunak GIS populer seperti QGIS, menjadikan Ocean-DC mudah diakses baik oleh peneliti maupun praktisi lapangan. Keunggulan lain dari pendekatan ini adalah efisiensinya. Dengan Ocean-DC, waktu pemrosesan data dapat ditekan hingga 89%, sehingga memungkinkan analisis cepat dalam kondisi darurat seperti bencana tumpahan minyak atau banjir pesisir. Hal ini membuka peluang besar bagi sistem peringatan dini yang lebih efektif di kawasan pelabuhan.
Efektif teruji pada kasus tumpahan minyak
Untuk menguji efektivitasnya, para peneliti menerapkan Ocean-DC pada kasus tumpahan minyak yang terjadi di Teluk Saronikos, Yunani, pada September 2017. Insiden ini menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah di sekitar pantai dan perairan pelabuhan. Dengan memanfaatkan data Sentinel-2 dan Landsat-8 dari periode sebelum, saat, dan setelah kejadian, Ocean-DC berhasil menyusun time-series yang memperlihatkan perubahan kualitas air secara detail.
Analisis dilakukan menggunakan indeks seperti NDWI, WRI (Water Ratio Index), dan OSI (Oil Spill Index). NDWI misalnya, dapat mengindikasikan kelembaban permukaan air, sementara OSI dikembangkan khusus untuk mendeteksi pola tumpahan minyak pada citra Sentinel-2. Hasilnya menunjukkan adanya anomali signifikan pada citra satelit beberapa hari setelah kejadian, yang menandai keberadaan minyak di permukaan laut.
Menariknya, Ocean-DC juga mampu mengungkap pola periodik lain di sekitar pesisir Salamina yang tidak terkait langsung dengan tumpahan minyak, tetapi relevan bagi kajian perubahan iklim jangka panjang. Hal ini membuktikan bahwa Ocean-DC tidak hanya dapat mendeteksi dampak langsung dari bencana, tetapi juga berguna untuk pemantauan jangka panjang berbasis data multisumber.
Ocean-DC muncul sebagai solusi inovatif untuk menghadapi tantangan pemantauan lingkungan pesisir yang kompleks. Dengan menggabungkan data lintas satelit dan menyediakannya dalam format siap analisis, framework ini mampu mempercepat deteksi degradasi lingkungan sekaligus meningkatkan akurasi evaluasi. Studi kasus tumpahan minyak di Teluk Saronikos menjadi bukti nyata efektivitas Ocean-DC dalam mendukung keputusan cepat pada situasi darurat sekaligus pemantauan jangka panjang. Ke depan, teknologi ini berpotensi besar digunakan secara luas di berbagai wilayah pesisir dunia, termasuk pelabuhan-pelabuhan strategis yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan aktivitas industri.
Writer : Padjadjaran Oceanographic Data Center Bureau