Oleh : Muhammad Syahrul Aziz
Sulawesi Selatan memiliki potensi besar dalam pengembangan pariwisata maritim yang ideal, didukung oleh kekayaan alam dan budaya yang unik, seperti tradisi pembuatan kapal pinisi di Kabupaten Bulukumba yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Selain itu, daya tarik destinasi seperti Pantai Bira dan Pantai Apparalang juga ramai dikunjungi dan menjadi perhatian wisatawan lokal maupun internasional. Di wilayah Selayar, Taman Nasional Takabonerate menjadi aset pariwisata maritim karena merupakan atol terbesar ketiga di dunia dengan luas kawasan mencapai 220.000 hektare dan area terumbu karang sekitar 500 km² yang menjadi rumah bagi spesies laut beragam dan lokasi favorit penyelam domestik maupun mancanegara.
Kabupaten Barru turut memperkuat citra maritim Sulawesi Selatan dengan keanekaragaman pantai dan aktivitas budidaya laut yang potensial dikembangkan menjadi wisata edukatif, menciptakan keterlibatan langsung antara ekowisata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Sementara itu, Kabupaten Pangkep mengusung konsep Minawisata, yaitu penggabungan sektor perikanan dengan pariwisata berbasis pulau-pulau kecil. Konsep Minawisata ini mampu memperluas pengembangan pariwisata bahari secara berkelanjutan, karena mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam aktivitas ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Model minawisata ini menjadi salah satu strategi unggulan yang diharapkan mampu menguatkan identitas maritim Sulawesi Selatan di tingkat nasional maupun internasional.
Peluang Ekonomi
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Selatan pada Desember 2024 mencapai 1.085 orang, naik sebesar 14,57% dibandingkan bulan sebelumnya, dengan dominasi kunjungan berasal dari Malaysia sebanyak 636 orang dan Singapura sebanyak 81 orang, menandakan ketertarikan pasar internasional terhadap wisata bahari Sulawesi Selatan semakin meningkat. Selain itu, total kunjungan wisatawan nusantara ke Sulawesi Selatan sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 36,52 juta, tumbuh 43,62% dibandingkan tahun 2023, memperlihatkan peningkatan konsumsi di sektor pariwisata, transportasi, kuliner, hingga UMKM lokal. Kondisi ini membuka peluang ekonomi baru yang menjanjikan, sebab menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, rata-rata belanja wisatawan domestik di Indonesia berkisar antara Rp1,3 juta hingga Rp2,5 juta per perjalanan, dan apabila tren kunjungan di Sulawesi Selatan konsisten meningkat, dampak perputaran uang pada 2025 diproyeksikan akan semakin besar, khususnya di kawasan maritim.
Kendala Pengembangan Pariwisata Maritim Sulawesi Selatan
Salah satu tantangan utama dalam pengembangan pariwisata maritim di Sulawesi Selatan adalah keterbatasan infrastruktur, terutama akses transportasi laut ke beberapa destinasi wisata utama, seperti di Kabupaten Pangkep dan Selayar. Meskipun jumlah wisatawan meningkat, fasilitas transportasi di beberapa daerah pesisir masih terbatas, yang menyebabkan biaya perjalanan menjadi tinggi dan menghambat kedatangan wisatawan, baik domestik maupun internasional. Untuk mengatasi hal ini, Gubernur Sulawesi Selatan mengusulkan pengembangan transportasi laut menggunakan seaplane kepada Menteri Perhubungan guna meningkatkan konektivitas antar-pulau dan memudahkan akses wisatawan ke destinasi maritim unggulan di Sulawesi Selatan.
Selain infrastruktur, kerusakan ekosistem terumbu karang akibat aktivitas pariwisata yang tidak terkelola dengan baik menjadi tantangan serius. Di kawasan pesisir Kota Palopo, persentase tutupan karang hidup termasuk dalam kategori rusak/buruk dengan nilai persentase 0–24,9%, disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang merusak terumbu karang seperti penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Kurangnya pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata juga menghambat pengelolaan destinasi secara profesional. Rapat Koordinasi Arah Kebijakan Pengembangan SDM Parekraf Tahun 2025–2029 menekankan pentingnya pelatihan dan sertifikasi kompetensi untuk memastikan bahwa pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi kompetensi memberikan hasil dan dampak positif terhadap SDM pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
Upaya dan Strategi Pengembangan
Pemerintah Sulawesi Selatan bersama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) telah menandatangani nota kesepahaman untuk mempercepat pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bira dan Taka Bonerate. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata bahari di Kabupaten Bulukumba dan Kepulauan Selayar, dengan fokus pada pembangunan infrastruktur dan promosi destinasi wisata maritim unggulan. Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan sektor pariwisata dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Selain itu, pengembangan sumber daya manusia (SDM) juga menjadi prioritas dalam strategi pengembangan pariwisata. Dinas Pariwisata Kota Makassar, telah mengadakan pelatihan bagi pemandu wisata untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam memberikan layanan kepada wisatawan. Pelatihan ini mencakup peningkatan pengetahuan tentang destinasi wisata, keterampilan komunikasi, dan pemahaman tentang budaya lokal, sehingga pemandu wisata dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengunjung.
#MCPRDailyNews