Oleh : Ramones Telaum Banua
Ritual adat jamu laut merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di budaya maritim Indonesia. Tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara. Dalam ritual ini, masyarakat melakukan berbagai upacara untuk tolak bala dan meminta rezeki serta perlindungan oleh laut dan alam. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat pesisir, khususnya nelayan, setidaknya satu kali dalam setahun. Tradisi ini dilakukan jika hasil tangkapan ikan nelayan mengalami penurunan atau banyak nelayan yang mengalami kejadian buruk seperti kecelakaan di laut saat mencari rezeki.
Tradisi ini biasanya menyediakan sesajen sebagai persembahan kepada roh-roh penunggu laut. Selain itu, kegiatan tradisi ini juga akan melakukan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat setempat yang disebut pawang laut. Pawang laut adalah seorang pemimpin dalam ritual adat jamu yang diyakini memiliki kekuatan supranatural, pawang laut dipercaya dapat melakukan komunikasi kepada jin atau roh yang ada di laut. Peran pawang laut adalah sebagai perantara komunikasi antara nelayan kepada penunggu roh laut. Ritual jamu laut tidak sepenuhnya berfokus pada permohonan berkah dan perlindungan kepada makhluk gaib penunggu laut, melainkan lebih sebagai media untuk memohon dan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Namun, di sisi lain, masyarakat setempat tetap mempercayai adanya makhluk gaib penunggu laut.
Sejarah Ritual Jamu Laut
Tradisi jamu laut sudah ada sejak pada zaman Kerajaan Serdang, Tradisi ini dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat pesisir Melayu. Menurut catatan dari Tengku Luckman Sinar, tradisi ini sudah ada sebelum masyarakat Melayu memeluk agama islam. Bahkan pada tahun 1700 upacara jamu laut sudah dilakukan di pesisir Sumatera. Selain itu, terdapat juga mitos yang mengisahkan adanya perjanjian antara penguasa laut dengan para nelayan di masa lampau, yang diyakini oleh masyarakat pesisir Melayu sebagai bagian dari warisan budaya mereka. Namun, perlu catatan lebih jauh lagi untuk mengerti sejarah jamu laut dikarenakan terlalu banyak versi yang beredar mengenai asal-usul dan perkembangannya.
Tata Cara Ritual Jamu Laut
Tradisi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan masyarakat pesisir, khususnya nelayan. Panitia yang telah dibentuk akan membagikan makanan yang telah dikumpulkan sebelumnya, kemudian makanan tersebut akan dimakan bersama di tepi pantai atau laut. Setelah makan bersama, akan dilakukan kegiatan pemotongan kerbau yang menandai dimulainya upacara jamu laut. Daging hasil pemotongan kerbau dibagikan kepada masyarakat, diikuti dengan melakukan doa bersama. Doa ini merupakan bagian penting dari ritual jamu laut, di mana masyarakat bersama-sama memohon berkah, keselamatan, dan kelimpahan dari laut kepada Tuhan. Setelah itu, sisa makanan dimasukkan ke perut kerbau yang telah dipotong, lalu kerbau tersebut diarak bersama kepala kerbau oleh pawang laut. Akhirnya, kerbau tersebut ditenggelamkan ke tengah laut sebagai jamuan kepada penguasa atau roh laut.
Waktu pelaksanaan ritual adat Jamu Laut dilakukan setiap 1-4 tahun sekali sesuai dengan kebutuhan dan tergantung arahan yang didapat dari pawang laut. Pelaksanaan ritual ini juga bisa terjadi karena adanya tren penurunan perolehan ikan yang didapat nelayan. Tanggal pelaksanaan ritual adat Jamu Laut biasanya dilakukan pada tanggal 1, 5, dan 30 pada bulan Hijriyah atau bulan Juli sampai Agustus. Upacara Jamu Laut sendiri biasanya berlangsung selama 3 hari, 7 hari, atau 9 hari sesuai dengan kesepakatan dari pawang laut, tokoh adat, dan pemerintah daerah.
Makna Dibalik Ritual Adat Jamu Laut
Ritual jamu laut mengandung nilai-nilai spiritual dan budaya yang sangat mendalam yang mencerminkan hubungan manusia dengan laut sebagai sumber kehidupan. Ritual ini juga bukan hanya sekedar acara seremonial belaka, tetapi juga sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diperoleh dari laut dan keselamatan saat berada di tengah laut. Selain itu, tujuan ritual adat jamu sebagai kegiatan yang dilakukan untuk penghargaan terhadap alam dan lingkungannya yang telah memberikan sumber penghidupan masyarakat nelayan. Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam ritual budaya laut membuat masyarakat semakin erat satu sama lain. Selama pelaksanaan ritual, kebersamaan dan solidaritas masyarakat menjadi sangat menonjol. Masyarakat melakukan kerja bakti membersihkah tempat pelaksanaan ritual dan dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan ritual, mulai dari persiapan makanan hingga pemotongan kerbau dan doa bersama. Melalui momen-momen ini, rasa persatuan dan gotong royong semakin diperkuat, menciptakan ikatan yang lebih erat antarwarga.
Sudah seharusnya pemerintah mendorong pelestarian budaya maritim yang telah terkikis oleh zaman, agar tetap lestari dan generasi selanjutnya mengetahui kearifan lokal yang ada di Indonesia. Perlu adanya program-program penunjang untuk melestarikan budaya maritim. Caranya adalah dengan melakukan promosi untuk lebih mengenalkan budaya maritim kepada khalayak umum melalui dinas pariwisata dengan berpartisipasi pada forum-forum internasional, sehingga budaya maritim lebih dikenal di kancah internasional. Selain itu, perlu dibentuk regulasi nasional tentang budaya adat supaya memiliki dasar hukum yang jelas. Memberdayakan masyarakat pesisir agar lebih memahami budaya maritim itu sendiri sangat penting untuk keberlanjutannya serta membentuk rasa bangga terhadap budaya maritim Indonesia.
#MCPRDailyNews