Penerapan E-Navigation dalam Meningkatkan Perekonomian Maritim dan Keselamatan Pelayaran Indonesia

Oleh : Haura Azalia Putri Fardian

Perekonomian internasional terdiri dari berbagai kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan antar negara. Salah satu bagian utama dari perdagangan ini adalah transportasi laut, yang mengangkut lebih dari 80% barang dalam perdagangan global. Jalur laut sering dipilih untuk pengangkutan barang internasional karena biayanya lebih rendah dan kapasitas angkutnya lebih besar dibandingkan dengan jalur udara dan darat. International Maritime Organization (IMO), sebagai lembaga internasional yang berwenang, telah menetapkan prosedur keselamatan navigasi untuk memastikan keamanan pelayaran di rute internasional. Dengan perkembangan teknologi, sektor maritim telah mengalami digitalisasi dan inovasi besar, termasuk penerapan E-Navigation.

E-Navigation adalah sistem yang mengumpulkan, mengolah, dan menyampaikan informasi Maritime Safety Information (MSI) secara elektronik. MSI mencakup peringatan navigasi, informasi meteorologi, dan informasi keselamatan lainnya yang penting untuk navigasi aman dan efisien. E-Navigation diatur oleh Maritime Safety Committee dari IMO, yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar keselamatan kehidupan di laut, keamanan maritim, dan perlindungan lingkungan laut. Menurut Rencana Implementasi Strategi IMO untuk E-Navigation, infrastruktur dan informasi digital yang disediakan oleh E-Navigation diharapkan dapat meningkatkan keselamatan maritim, meningkatkan keamanan, melindungi lingkungan dengan lebih baik, mengurangi beban administratif, dan meningkatkan efisiensi operasi maritim.

Penerapan E-Navigation di Indonesia

Penerapan E-Navigation di Indonesia diawali dengan pengembangan dan implementasi skema pemisahan lalu lintas (Traffic Separation Scheme, TSS) yang mengikuti panduan dari Convention On The International Regulations For Preventing Collisions At Sea 1972 (COLREG 1972). Skema ini bertujuan untuk mengatur arus pelayaran dan meningkatkan keselamatan di perairan yang padat lalu lintas. 

Pemerintah Indonesia juga telah mengadopsi panduan dan standar dari International Maritime Organization (IMO) untuk memastikan kesesuaian dengan praktik internasional. Dalam hal infrastruktur, teknologi E-Navigation mencakup pemasangan sistem seperti Automatic Identification System (AIS), Electronic Chart Display and Information System (ECDIS), dan Global Navigation Satellite System (GNSS) pada kapal-kapal. Sistem ini membantu dalam pengumpulan, pengolahan, dan penyampaian informasi keselamatan maritim (Maritime Safety Information, MSI) secara real-time, yang meliputi peringatan navigasi, informasi meteorologi, dan informasi keselamatan mendesak lainnya.

Dalam sektor ekonomi, penerapan E-Navigation berkontribusi signifikan dengan meningkatkan efisiensi dan keselamatan pelayaran. Teknologi ini memungkinkan navigasi yang lebih akurat dan dapat diandalkan, mengurangi risiko kecelakaan dan kesalahan navigasi yang bisa menyebabkan kerugian finansial. Dengan adanya E-Navigation, pengiriman barang menjadi lebih cepat dan tepat waktu, mengurangi biaya operasional dan meningkatkan daya saing maritim Indonesia di pasar global. Selain itu, keselamatan yang lebih baik juga mendukung pertumbuhan sektor pariwisata maritim dan perikanan, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Implementasi E-Navigation juga membuka peluang bagi pengembangan industri teknologi maritim lokal dan penciptaan lapangan kerja baru di sektor ini.

Tantangan dan Strategi

Penerapan E-Navigation di Indonesia menghadapi beberapa ancaman yang memerlukan strategi mitigasi yang efektif. Salah satu ancaman utama adalah potensi kerentanan terhadap serangan siber. Sistem E-Navigation, yang sangat bergantung pada teknologi digital, dapat menjadi target bagi pelaku kejahatan siber yang dapat mengganggu operasi maritim dan menimbulkan kerugian besar. Untuk mengatasi ancaman ini, strategi yang perlu diterapkan meliputi pengembangan protokol keamanan siber yang ketat, pelatihan khusus bagi personel maritim tentang keamanan siber, serta kerja sama dengan otoritas internasional untuk berbagi informasi dan praktik terbaik. 

Selain itu, risiko kehilangan keterampilan navigasi manual di kalangan pelaut juga menjadi perhatian. Meskipun E-Navigation menawarkan navigasi yang lebih akurat dan efisien, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi ini dapat mengikis keahlian navigasi tradisional. Untuk mengatasi hal ini, strategi yang harus diterapkan termasuk menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan yang menggabungkan teknologi modern dengan metode navigasi tradisional, memastikan para pelaut tetap memiliki keterampilan yang diperlukan untuk navigasi manual dalam situasi darurat. Dengan strategi-strategi ini, Indonesia dapat memitigasi ancaman yang ada dan memastikan bahwa penerapan E-Navigation berjalan dengan aman dan efisien, serta mendukung perkembangan ekonomi maritim nasional.

#MCPRDailyNews

Leave a Reply