Oleh : Haura Azalia Putri Fardian
Indragiri Hilir adalah sebuah kabupaten di provinsi Riau, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan Tembilahan. Menurut data Kementerian Dalam Negeri pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Indragiri Hilir mencapai 690.236 orang. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Tanjung Jabung Barat di provinsi Jambi serta kabupaten Lingga di provinsi Kepulauan Riau. Orang Laut Indragiri Hilir, yang dikenal sebagai Desin Dolak, merupakan bahasa asli yang digunakan oleh komunitas mereka. Namun, bahasa tersebut mengadopsi beberapa kalimat dari bahasa Arab dan Inggris, di mana beberapa kalimat memiliki makna yang sama, tetapi ada juga yang memiliki penggunaan yang berbeda. Pengetahuan mereka terkait dengan menjaga lingkungan sekitar telah menjadi kearifan lokal dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Pada masa lalu, masyarakat Orang Laut terikat dengan sistem kesultanan, di mana banyak dari mereka menjabat sebagai Panglima dan Laksemana. Namu setelah kedatangan Era Republik, terutama di Indonesia, mengakibatkan Orang Laut kehilangan struktur sosial dan organisasi kemasyarakatan mereka. Selama periode Orde Lama hingga Orde Baru, Orang Laut kehilangan simbol-simbol kepemimpinan dan adat istiadat mereka yang khas. Hal ini membuat generasi mereka merasa terombang-ambing dan kehilangan arah. Namun, pada tahun 2014, muncul LABBOLI (Lembaga Adat Bahasa dan Budaya Orang Laut Indonesia) sebagai embrio dari LABOLI (Lembaga Adat Bangsa Orang Laut Internasional), yang bertujuan untuk memperbaharui struktur sosial dan organisasi masyarakat Orang Laut.
Tradisi, Kepercayaan, dan Kesenian di Kabupaten Indragiri Hilir
Sistem peralatan hidup dan teknologi tradisional Orang Laut didasarkan pada penggunaan bahan-bahan alami yang diperoleh langsung dari alam, terutama dalam pengolahan kayu untuk membuat sampan dan pengayuh. Orang Laut tidak termasuk dalam kelompok masyarakat yang berperan sebagai produsen alat, melainkan mereka lebih berperan sebagai penyedia bahan mentah. Dalam mendapatkan bahan mentah ini, Orang Laut menggunakan berbagai alat seperti papan tongkah, jaring, rawai, belat, dan sejenisnya. Di masa lalu, masyarakat Orang Laut menjalankan ekonomi mereka melalui sistem barter, di mana mereka menukar hasil tangkapan laut dengan bahan-bahan yang tidak mereka miliki pada saat itu. Mata pencaharian Orang Laut erat kaitannya dengan kehidupan di laut dan kebutuhan dasar lingkungan tempat tinggal mereka.
Sebelum mereka memeluk agama Islam, Suku Laut atau Orang Laut adalah kelompok masyarakat yang mengikuti kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Sisa-sisa kepercayaan ini masih terlihat dalam upacara pengobatan, nyanyian tradisional (denden), dan praktik kehidupan lainnya yang masih ada dalam kehidupan beberapa masyarakat Suku Laut saat ini. Namun, akulturasi dengan budaya Melayu saat ini telah membuat mayoritas masyarakat Suku Laut di Indragiri Hilir menganut agama Islam, dengan persentase sekitar 99,9%.
Kesenian Suku Laut atau Orang Laut terdiri dari berbagai jenis karya, antara lain Seni Suara yang meliputi Bedenden, Jampi, dan Panten. Ada juga Seni Rupa yang mencakup Motif Batik Orang Laut Asli, Seni Tari seperti Joged Betungkan, serta Seni Sastra lisan seperti Cerita Rakyat Dol dan Hikayat Seri Bijawangsa.
#MCPRDailyNews