Perubahan Warna Laut Perlahan Berubah! Sinyal Bahaya untuk Kehidupan Makhluk Laut Kian Nyata

Oleh: Raffy Revanza Alfarez

Sebuah studi yang diterbitkan di Science Daily telah mengungkapkan bahwa para peneliti telah mengamati perubahan warna lautan selama dua dekade terakhir yang tidak dapat semata-mata dikaitkan dengan fluktuasi alami. Pergeseran warna yang halus namun signifikan ini telah terdeteksi di 56% lautan dunia, melebihi total luas daratan di Bumi.

Secara khusus, penyelidikan menunjukkan bahwa wilayah laut tropis di dekat khatulistiwa telah semakin menjadi lebih hijau dari waktu ke waktu. Perubahan warna lautan ini menunjukkan bahwa ekosistem di permukaan lautan kemungkinan besar sedang mengalami perubahan, karena warna lautan secara langsung mencerminkan organisme dan zat yang ada di perairannya.

Meskipun transformasi yang tepat dalam ekosistem laut yang menyebabkan perubahan warna masih belum pasti pada tahap ini, para peneliti sangat yakin bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia adalah kekuatan pendorong yang mungkin di balik fenomena ini.

Indikasi Fenomena

Warna lautan adalah representasi yang terlihat dari isi lapisan atasnya. Umumnya, perairan biru tua menunjukkan kelangkaan kehidupan, sedangkan perairan yang lebih hijau menunjukkan keberadaan ekosistem, terutama terdiri dari fitoplankton – organisme mirip tumbuhan mikroskopis yang kaya akan klorofil, pigmen hijau. Fitoplankton ini memanfaatkan sinar matahari untuk menangkap karbon dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi gula.

Fitoplankton berfungsi sebagai dasar rantai makanan laut, mendukung organisme yang semakin kompleks, termasuk krill, ikan, burung laut, dan mamalia laut. Selain itu, mereka memainkan peran penting dalam kapasitas lautan untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida. 

Oleh karena itu, para ilmuwan sangat ingin memantau populasi fitoplankton di permukaan laut dan mengamati bagaimana komunitas vital ini dapat merespons perubahan iklim. Untuk mencapai hal ini, para peneliti melacak perubahan klorofil dengan menganalisis rasio cahaya biru dan hijau yang dipantulkan dari permukaan laut, ukuran yang dapat diamati dari luar angkasa.

Riset Terkait Perubahan Warna Alami Laut

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, Henson, seorang peneliti dan ahli ekologi, berkolaborasi dalam penelitian yang menunjukkan perlunya pemantauan terus menerus terhadap klorofil saja selama setidaknya 30 tahun untuk mengidentifikasi tren apa pun yang secara khusus disebabkan oleh perubahan iklim. Tim berpendapat bahwa fluktuasi alami yang substansial dalam klorofil dari tahun ke tahun akan membayangi dampak antropogenik pada konsentrasi klorofil, sehingga perlu diamati selama beberapa dekade sebelum mengisolasi sinyal yang digerakkan oleh perubahan iklim yang berarti di tengah variabilitas biasa.

Pada 2019, Dutkiewicz dan rekan-rekannya melakukan studi terpisah dan mempresentasikan model baru yang menunjukkan variasi alami warna laut lain jauh lebih kecil dibandingkan dengan klorofil. Temuan ini menunjukkan bahwa mendeteksi sinyal perubahan yang didorong oleh perubahan iklim akan lebih mudah dikelola di tengah fluktuasi normal warna laut lainnya yang lebih rendah. Akibatnya, mereka memperkirakan bahwa perubahan seperti itu dapat terlihat dalam 20 tahun pemantauan, bukan 30 tahun yang diperkirakan sebelumnya.

Perubahan warna laut yang kian pasti terjadi perlu menjadi sinyal berbahaya bagi kehidupan eksosistem laut di dalamnya. Keberadaan fitoplankton berlebihan dalam ekosistem laut merupakan sinyal alami bahwa telah terjadi ketidakseimbangan ekosistem laut. Pemanasan global merupakan permasalahan utama dan musuh terbesar bagi kesehatan laut. Laut yang biru merupakan laut yang didambakan oleh seluruh makhluk hidup di bumi.

Leave a Reply