Oleh: Fadilla Nur Azizah
Menurut Hadi & Susilowati, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragam hayati yang didukung oleh beragam kondisi geografis, seperti daratan rendah dan tinggi, sinar matahari yang melimpah, curah hujan merata di sebagian wilayah sepanjang tahun, dan berbagai jenis tanah yang memungkinkan pengambangan beragam tanaman asli daerah tropis. Berkat hal tersebut pun indonesia menjadi rentan terhadap dampak pemanasan global, perubahan iklim, dan bencana. Sebagai negara tropis, indonesia juga merupakan salah satu produsen emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Dengan pertumbuhan penduduk indonesia yang terus meningkat dan perkembangan teknologi yang pesat, kebutuhan akan energi juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tingginya aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan hidupnya pun menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan konsentrasi efek gas rumah kaca (GRK). GRK merupakan jenis gas yang berada di atmosfer, yang berasal dari alam maupun aktivitas manusia (anthropogenic). Berbagai aktivitas manusia telah menyebabkan peningkatan emisi GRK di atmosfer, yang membuat terjadinya kenaikan konsentrasi GRK dan menyebabkan masalah global warming atau pemanasan global serta perubahan iklim.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Pesisir
Kenaikan suhu dan intensitas curah hujan yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim, bersamaan dengan fenomena-fenomena ekstrim, dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi. Bencana ini mencakup berbagai peristiwa seperti puting beliung, banjir, longsor, kebakaran lahan, kekeringan, serta gelombang pasang/abrasi. Berdasarkan Laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), diungkapkan bahwa perubahan iklim memiliki peran dalam meningkatkan frekuensi kejadian bencana hidrometeorologi. Bencana hidrometeorologi ini berdampak pada hilangnya nyawa, kerusakan bangunan, dan kerugian ekonomi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses pembangunan di berbagai sektor. Terjadinya perubahan iklim ini dapat memperburuk adanya abrasi di daerah pesisir.. Dalam menghadapi dampak tersebut, terdapat dua solusi yang dapat di implementasi, yaitu adaptasi dan mitigasi. Menurut Ridwanuddin mengatakan bahwa “Pemerintah harus sebagai aktor utama dalam usaha adaptasi. Bahkan, jika diperlukan, adanya pendanaan yang dialokasikan oelh pemerintah daerah, termasuk provinsi dan kabupaten, untuk mendukung upaya adaptasi tersebut.
Partisipasi Masyarakat
Tindakan adaptasi untuk menghadapi dampak perubahan iklim dengan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran sumber daya lahan menjadi fokus utama dalam upaya adaptasi perubahan iklim. Aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan lahan juga dapat berdampak signifikan pada kondisi bentuk lahan. Tingkat partisipasi masyarakat dalam usaha penguatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim berada pada tahap “Informasi, Konsultasi, dan Penentraman”. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat telah berpartisipasi secara sukarela dengan memberikan ide, tenaga, dan harta benda serta menggunakan hasil dari upaya tersebut. Namun, ide dan saran dari masyarakat yang tidak selalu diimplementasikan dan dijalankan secara penuh.
Masyarakat lokal telah menunjukkan banyak inisiatif dalam usaha menyelamatkan dan memulihkan pesisir yang terkena abrasi akibat dari perubahan iklim, seperti menanam mangrove. Meskipun demikian, masyarakat terlihat berjuang tanpa banua belah pihak dalam mengatasi abrasi dan dampak krisis iklim lainnya jika inisiatif tersebut tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah. Oleh karena itu, pentingnya bagi pemerintah untuk menjadikan upaya adaptasi perubahan iklim ini sebagai agenda prioritas.
Dilihat dari partisipasi masyarakat, pemerintah perlu menyusun rencana aksi yang kokret untuk mengatasi abrasi akibat perubahan iklim, melakukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi pesisir dan tingkat abrasi, meningkatkan infrastruktur pertahanan pantai serta mengutamakan isu emisi GRK sebagai prioritas dalam upaya mengendalikan perubahan iklim dan bencana di Indonesia, agar masyarakat dapat mencapai kualitas hidup yang lebih baik dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.