Oleh: Annaura Jasmine S R.
Masa depan sektor kelautan dan perikanan saat ini sedang dirancang sedemikian rupa oleh para pemangku kepentingan di Indonesia. Berbagai upaya sedang dilakukan untuk merealisasikan berbagai rancangan dan rencana yang sebelumnya sudah dibuat. Bentuk upaya tersebut beragam, mulai dari pembaharuan peraturan dan kebijakan, forum, program evaluasi, hingga berbagai kerjasama telah dilakukan untuk memastikan langkah-langkah yang diambil dapat membawa maju sektor maritim Indonesia.
Salah satu upaya yang sedang dilakukan saat ini adalah peluncuran Metode Evaluasi dan Penilaian Resiko atau dikenal juga dengan Method Evaluation and Risk Assessment (MERA) oleh Marine Stewardship Council (MSC) bersamaan dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Peluncuran MERA tersebut dilakukan sebagai langkah untuk mendukung perikanan tangkap dan produksi hasil perikanan yang berkelanjutan di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Direktur Program MSC Indonesia, Hirmen Sofyanto bersama dengan Humas Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJTP) KKP, menyampaikan bahwa pengembangan metode MERA merupakan upaya pendukung agar para pemangku kepentingan di Indonesia dapat memahami kuantitatif dalam mengukur suatu pilihan pengelolaan perikanan, dalam hal ini khususnya dalam pembentukan Aturan Kendali Tangkap atau dikenal juga dengan Harvest Control Rules (HCR).
MSC sendiri merupakan organisasi nirlaba internasional, berfokus pada perikanan berkelanjutan dan melindungi pasokan makanan laut untuk masa depan, MSC turut memperhatikan kesehatan lautan dunia dengan ikut menghargai dan mengakui praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan. Dengan demikian, MSC serta DJTP KKP berkomitmen untuk membuka akses semua pihak dalam program perbaikan tanpa pengecualian akan ukuran maupun lokasi. Realisasinya adalah melalui program pengembangan kapasitas bagi pihak yang terjun langsung dalam perbaikan perikanan termasuk pelaksanaan bimbingan teknis (bimtek) terkait dengan metode MERA.
Bimbingan Teknis MERA
Program bimbingan teknis yang berupaya untuk mengedukasi terkait metode MERA yang dilaksanakan secara luring di Jakarta. Bimtek ini merupakan yang pertama dilakukan oleh MSC sejak diluncurkannya metode MERA. Pelaksanaan bimbingan teknis dilakukan dalam dua tingkat, diantaranya:
- Tingkat 1 yang dilakukan untuk pengenalan konsep, pemahaman HCR dan tahap pengenalan akan bagaimana metode dapat digunakan sebagai cara untuk menjawab isu pada pengelolaan perikanan
- Tingkat 2 yang berfokus pada teknis penggunaan platform perangkat lunak serta studi kasus akan cara kerja MERA pada cakupan perikanan dunia
Selain itu bimbingan ini dihadiri oleh 31 peserta yang berasal dari Direktorat Sumberdaya Ikan DJPT KKP, DInas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku, Jawa Timur dan NTB, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Universitas Brawijaya, Universitas Pattimura, IPB University, Forum Ilmiah, Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan Provinsi NTB, dan NGO mitra dan industri perwakilan Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia, Asosiasi Demersal Indonesia, Asosiasi Pole and Line dan Handline Indonesia. Dilaksanakan selama empat hari hingga 17 Maret 2023, dari bimtek ini diharapkan dapat turut memenuhi Standar Perikanan MSC yang merupakan sebuah standar keberlanjutan global bagi perikanan tangkap. Sertifikasi MSC dapat diperoleh jika stok ikan menunjukan kondisi yang sehat, dampak terhadap lingkungan yang minim, dan pengelolaan efektif melalui penilaian yang dilakukan oleh pihak ketiga.
Bimbingan teknis dibuka dengan pernyataan dari Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Sumberdaya Ikan Laut Pedalaman, Teritorial dan Perairan Kepulauan dan Kelembagaan di WPP NRI, Fery Sutyawan, yang menyampaikan bahwa MERA merupakan salah satu metode yang dapat diadaptasi dengan baik oleh para pemangku kepentingan di Indonesia untuk turut mendukung pembentukan HCR karena visinya yang selaras dengan salah satu program KKP yaitu kebijakan penangkapan ikan terukur. Ia melanjutkan bahwasanya MERA adalah perangkat kuantitatif yang dapat digunakan oleh pengelola perikanan untuk menentukan pilihan dari HCR maupun pengelolaan yang efektif. Ditambah lagi kondisi Indonesia dengan ketersediaan informasi yang minim namun dibutuhkan pengelolaan stok ikan di tengah data dan informasi yang terbatas, mendukung pengaplikasian metode MERA ini.
Penyelenggaraan bimtek diharapkan dapat menjadi kesempatan bagi para ahli perikanan Indonesia untuk memahami penggunaan kerangka kerja Metode Evaluasi dan Penilaian serta sebagai ruang untuk menambah pemahaman sehingga dapat turut menguatkan pengembangan program perbaikan perikanan sehingga dapat berjalan secara berkelanjutan. Bersamaan dengan pemahaman materi yang komprehensif, para peserta juga diharapkan dapat mengimplementasikan MERA sehingga dapat pula meningkatkan kapabilitas.
#MCPRDailyNews